Header Ads

  • Breaking News

    GHIBAH - DOSA BESAR YANG DIPERBUAT SETIAP HARI

    Apa itu Ghibah ? 

    Kata seorang ulama tafsir, Imam Masruq, “Ghibah adalah jika engkau membicarakan sesuatu yang jelek pada seseorang. Itu disebut mengghibah atau menggunjingnya. Jika yang dibicarakan adalah sesuatu yang tidak benar ada padanya, maka itu berarti menfitnah (menuduh tanpa bukti).” Demikian pula dikatakan oleh Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim). 
    Ghibah (menggunjing) termasuk dosa besar, namun sedikit yang mau menyadari hal ini. Seringkali kita melakukan dosa ini tanpa sadar. Bahkan ketika kita menuju masjid dan menunggu waktu shalat, bukannya berdzikir, bukannya membaca Alqur’an, bukannya bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, malah kita bergosip dan menggunjing orang lain. Termasuk banyaknya siaran dan berita di media cetak maupun elektronik tentang ghibah (gosip) ini dan bahkan disediakannya halaman dan program khusus tentang perbuatan dosa besar yang diharamkan ini. Na’udzubillah min dzalik. 





    Imam Nawawi Rahimahullah menyebutkan, “Ghibah adalah sesuatu yang amat jelek, namun tersebar dikhalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi melalui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.” 

    Adakah Dosa dan Haramnya Ghibah ? 
    Dosa yang akan diperoleh dari orang yang melakukan ghibah adalah ibarat memakan daging saudaranya yang sudah mati. Firman Allah Ta’ala, “Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujurat: 12). Imam Asy Syaukani Rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Allah Ta’ala memisalkan ghibah (menggosip orang lain) dengan memakan bangkai seseorang. Karena bangkai sama sekali tidak mengetahui siapa yang memakan dagingnya. Ini sama halnya dengan orang yang hidup juga tidak mengetahui siapa yang menggunjing dirinya”. 
    Imam Qatadah Rahimahullah berkata, “Sebagaimana engkau tidak suka jika mendapati saudaramu dalam keadaan mayat penuh ulat. Engkau tidak suka untuk memakan bangkai semacam itu. Maka sudah sepantasnya engkau tidak mengghibahinya ketika ia masih dalam keadaan hidup”. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada dada mereka. Maka aku bertanya :”Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril berkata, Mereka adalah orang orang yang memakan daging daging manusia dan mereka mencela kehormatan-kehormatan manusia” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Sungguh sangat berbahaya akan dosa dari perbuatan ghibah ini. 

    Bagaimana Cara Bertaubat dari Ghibah ? 
    Berkata Al ‘Alamah Syaikh Utsaimin Rahimahullah, “Jika yang dighibahi telah mengetahui bahwa engkau telah mengghibahinya, maka engkau harus datang kepadanya dan meminta agar dia merelakan perbuatanmu. Namun jika dia tidak tahu, maka janganlah engkau mendatanginya (tetapi hendaknya) engkau memohon ampun untuknya dan engkau membicarakan kebaikan kebaikannya di tempat tempat yang engkau mengghibahinya. Karena sesungguhnya kebaikan kebaikan bisa menghilangkan kejelekan kejelekan. Engkau bisa berkata: “Ya Allah ampunilah dia”, sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kafarah (penebus dosa) untuk orang yang kau ghibahi adalah engkau memohon ampunan untuknya” (HR. Harits Bin Abu Usamah). Maka bertaubatlah kita dengan banyaknya dosa ghibah (gosip) yang dilakukan. 

    Adakah Ghibah yang Diperbolehkan ? 
    Ghibah adalah suatu hal yg diharamkan dalam Islam dan termasuk dalam dosa besar. Sehingga apapun bentuknya menceritakan tentang orang lain adalah dilarang bila sesuatu tersebut tidak disenangi olehnya. Namun ada ghibah diperbolehkan tetapi dengan tujuan yang benar, darurat dan syar’i yang tidak mungkin tercapai tujuan tersebut tanpa melakukan ghibah ini. Imam Nawawi Rahimahullah dalam Riyadus Shalihin menyebutkan enam ghibah yang dibolehkan adalah: 
    Pertama : Seseorang terzhalimi mengadukan kepada pihak yang berwenang dan dia mempunyai pengaruh terhadap orang yang menzhalimi. 
    Kedua : Meminta bantuan untuk mengubah kemungkaran, menasihati dan mengembalikan pelaku kemaksiatan kepada jalan kebenaran. 
    Ketiga : Meminta pendapat dan solusi dari seorang yang ‘alim tang persoalan yang dihadapi. 
    Keempat : Memperingatkan seluruh kaum muslimin akan kejahatan yang dilakukan seseorang. 
    Kelima : Kepada seseorang yang terang terangan menampakkan kemaksiatannya, kefasikannya, kemungkarannya dan kebid’ahannya. 
    Keenam : Dengan tujuan mudah dikenal dengan menyebutkan julukan yang ada pada seseorang. 

    Namun perlu diperhatikan semestinya kita harus terus berhati hati dalam perkara dosa besar ini. Karena hal ini tak jarang terjadi dalam kehidupan keluarga, masyarakat, kampus, masjid, kantor maupun melalui media-media yang dengan sangat mudah di akses baik disengaja maupun tak disengaja. Wallahu a’lam. 

    Semoga bermanfaat tulisan yang singkat ini, semoga Allah Ta’ala menjauhkan dari setiap dosa besar termasuk pula perbuatan ghibah. 
    Semoga Allah Ta’ala memberi taufik untuk menjaga lisan dan sikap ini supaya senantiasa berkata dan berbuat yang baik. 

    Oleh : Reo Adi Syahputra (Kepala Sekolah SMAS Ibnu Abbas Wahdah Islamiyah Muna)

    Sumber Dari -> http://wahdah.or.id/

    No comments